Tanyakan pada lelaki 64 tahun ini apa yang paling membuatnya senang, dan dia akan menjawab melayani konstituennya di Sumatra Barat. Selama 12 tahun terakhir, Azwir Dainy Tara mengabdikan hidupnya sebagai Anggota Dewan. Duduk berwibawa di samping tempat tidurnya di Gleneagles Hospital Singapura, lelaki ini tampak siap, ceria dan bersemangat untuk kembali bekerja.
Tapi nanti dulu, kata dokternya. Bagaimana pun Azwir baru tiga minggu lalu menjalani transplantasi hati untuk mengatasi penyakit hati yang mengancam jiwanya.
Ujian itu dimulai sekitar dua tahun yang lalu. Pekerjaan sebagai anggota dewan dan tingginya frekuensi perjalanan untuk keperluan partai bukan sesuatu yang baru bagi Azwir, tapi dia mulai merasakan betapa dia semakin lelah dan semakin sering jatuh sakit. Yang juga parah dia sering melewatkan waktu makan atau tidur untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Pada April 2007, fisik Azwir nyaris tidak lagi menyerupai sosoknya yang selama ini dikenal kokoh dan tegap. Dia lemah dan tampak letargi, tidak dapat makan atau tidur dengan baik, dan sering muntah. Akibatnya, berat badannya turun drastis. Hingga akhirnya sang anggota dewan ini tidak dapat lagi bekerja penuh dan harus pulang siang hari karena terlalu lelah untuk bekerja atau berkonsentrasi.
Dokter di Jakarta menemukan beberapa polip (pertumbuhan abnormal) dalam ususnya, yang kemudian diangkat. Tapi kelegaan itu tidak berlangsung lama. "Awalnya saya merasa sedikit lebih sehat, tetapi gejala itu kambuh lagi dan semakin parah. Saya sangat lemah dan nyaris pingsan beberapa kali," kenang Azwir, yang menikah dan dikaruniai 4 anak yang sudah dewasa, berusia antara 24 hingga 31.
Merasa ada yang tidak beres dengan hatinya, Azwir dirujuk ke seorang spesialis hati di Jakarta. Tapi tanpa peralatan dan fasilitas yang memadai, dokter ini tidak bisa mengidentifikasi masalah pokoknya. Maka Azwir disarankan ke rumah sakit Singapura untuk evaluasi yang lebih definitif terkait kondisinya.
Pada bulan Juli, Azwir menemui Dr K C Tan, Konsultan Bedah di Hepatobilier dan Transplantasi, pada Asian Centre for Liver Disease & Transplantation (ACLDT) yang berada di Gleneagles Hospital. Sebagai salah seorang dokter hati terkemuka, Dr Tan hingga saat ini telah melakukan sekitar 700 operasi transplantasi hati, dengan sekitar 150 di antaranya melibatkan donor hidup.
Salah satu anggota kunci dalam tim transplantasi hati yang sangat terlatih di ACLDT ini adalah Konsultan Hepatologi dan Gastroenterologi, Dr Desmond Wai. Dia mengatakan, "Pasien dengan sirosis hati dini tidak merasakan gejala apa pun. Tetapi saat penyakit itu kian parah, hati tidak akan mampu membersihkan darah dari racun, dan bila ini terjadi, racun akan masuk ke otak dan mempengaruhi tubuh."
Saat Azwir tiba, dia amat sangat letargi dan responsnya lambat. Ada pembengkakan di kakinya dan dia mengalami asites (akumulasi air di perut). Selain itu, kadar bilirubin dalam darahnya mencapai 113, jauh di atas kadar normal yakni di bawah 20. Bilirubin (zat kuning kecoklatan dalam empedu) dihasilkan ketika hati memecah sel-sel darah merah yang sudah tua. Dalam keadaan normal, bilirubin dikeluarkan dari tubuh melalui feses tetapi jika hati tidak berfungsi dengan baik, maka kelebihan bilirubin akan menyebabkan sakit kuning.
Dr Wai menerangkan, "Dari penilaian kami, jelas bahwa Azwir mengalami sirosis hati, yang disebabkan oleh hepatitis B stadium lanjut. Dari pengalaman dan statistik, kami tahu bahwa dengan kondisi seperti ini, hanya setengah pasien yang bisa hidup selama dua tahun. Dan selama dua tahun itu, kondisi mereka akan terus-menerus menurun. Mereka akan sering muntah darah, dan ada risiko infeksi."
Selain Dr Tan dan Dr Wai, tim transplantasi hati di ACLDT terdiri dari dua orang kardiolog, seorang psikiatris, spesialis penyakit menular, dokter ginjal dan intensifis khusus yang menangani perawatan pasien dengan penyakit kritis.
Pilihannya ada dua. Azwir bisa mengambil pendekatan paliatif dengan menggunakan obat untuk menghilangkan racun dan membersihkan cairan tubuhnya, dan vitamin untuk membantunya menjadi lebih sehat. Tetapi pilihan ini hanya menangani gejala dan tidak menyembuhkan hatinya. Alternatif satunya adalah transplantasi hati yang bisa memberi Azwir peluang lebih besar untuk menjalani hidup dengan normal.
Pengambilan suara keluarga mencapai keputusan bulat untuk transplantasi hati, dan putra bungsu Azwir, Dany Soeharto, 24 tahun, maju sebagai calon donor. Setelah mengatur masalah keuangan, Azwir, Dany dan beberapa anggota keluarga menuju Singapura. Tetapi ada masalah - Dany kelebihan berat badan.
Dr Wai menjelaskan, "Kami mendapati Danny memiliki penyakit lemak hati, sesuatu yang menyerang 10 sampai 20 persen populasi Asia karena kurang olahraga dan kebiasaan makan yang buruk. Kami menyarankan agar dia lebih dulu mengurangi lemak di hatinya dari 20 menjadi 5 persen, karena hati yang sangat berlemak tidak akan meregenerasi secepat seharusnya setelah transplantasi." Terdorong keinginan untuk membantu ayahnya, Dany menghabiskan tiga minggu berikutnya di gym dan berhasil mengurangi berat badannya lebih dari 10 kg, dan lemak hatinya turun hingga tingkat yang diperlukan.
Akhirnya, pada akhir September, Azwir menjalani operasi transplantasi hati selama delapan jam dengan lancar. Pemulihannya mengejutkan Dr Wai. Pada hari kedua, Azwir sudah bangun dan membaca koran di ICU. Dia bisa berjalan-jalan, dan dalam waktu seminggu lebih sedikit, dia sudah kuat untuk sembahyang dengan berdiri. "Saya merasa jauh lebih kuat dan siap sekarang dibanding beberapa bulan lalu. Tentu keluarga, khususnya cucu saya yang baru berumur enam bulan, menjadi pemacu saya untuk hidup dan sehat dengan cepat," aku Azwir tiga minggu setelah operasi.
Dia menambahkan, "Saya pernah ke rumah sakit di seluruh dunia, tapi di sini di Singapura, semua serba efisien. Rumah sakitnya bersih, perawatnya sangat baik dan dokternya sangat profesional dan transparan, mau bersusah-payah menjelaskan semuanya dengan rinci, termasuk risiko yang saya hadapi." Meski Azwir diharapkan tinggal di Singapura beberapa bulan lagi untuk perawatan pasca operasi dan pemantauan, dia sudah tidak sabar untuk pulang. Berkat anugerah cinta dan kehidupan, politisi ini akan memiliki hari-hari lagi untuk berkiprah sebagai anggota dewan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar